Kisah Seorang Remaja Yang Bercita – Cita Untuk Ke Syurga

Seorang remaja yang begitu hebat di zaman Rasulullah S.A.W. Namanya Tha’labah bin Abdul Rahman, seorang remaja berusia 17 tahun. Setelah memeluk Islam, beliau selalu mengikut Rasulullah S.A.W mengajar. Jika Rasulullah berhajatkan sesuatu, Rasulullah S.A.W akan khabarkan kepada Ta’labah.

Suatu hari Rasulullah menyuruh Tha’labah mencari sesuatu. Ketika dalam perjalanan mencari barang yang Rasulullah hajati itu, Tha’labah telah melalui sebuah rumah yang pintunya terbuka. Angin yang bertiup membuatkan pintu tandas rumah tersebut juga terbuka, dan ketika itu Tha’labah terlihat akan seorang perempuan yang sedang mandi.

“A’uzubillah! Ya Allah aku takut nanti malaikat Jibril memberitahu kepada Rasulullah S.A.W! Ya Allah, aku takut turunnya ayat quran yang menyenaraikan aku dalam golongan orang yang berbuat dosa! Ya Allah…”

Rintihan Tha’labah
Dia merintih sehingga dia lupa akan barang yang dipesan oleh Rasulullah S.A.W. Dia melarikan diri dan terjumpa satu bukit di pinggir Madinah yang dipuncaknya ada sebuah gua. Tha’labah masuk ke dalam gua tersebut dan asyik menangis. Tha’labah menangis dan menangis, beliau kesal amat dengan dosanya.

Pada masa yang sama, Rasulullah S.A.W menanti kepulangan Tha’labah beberapa hari namun Tha’labah tidak kunjung tiba. Lalu Rasulullah S.A.W mengarahkan Saidina Umar RA untuk mencari Tha’labah dan beliau terjumpa Tha’labah di tempat dia bersembunyi di puncak bukit.

Umar berkata “Tha’labah, Rasulullah mahu berjumpa kamu.”

“Kenapa? Sudah turunkah ayat al-Quran tentang dosaku, sudah beritahukah Jibril kepada Rasulullah, aku tidak mahu masuk neraka, aku tidak mahu masuk neraka.” Kata Tha’labah dalam ketakutan yang amat sangat.

Oleh sebab Tha’labah sudah tersangat lemah, Saidina Umar RA memimpinnya pulang ke rumah. Apabila Rasulullah SAW menziarah Tha’labah, Tha’labah sedang terlentang lalu Rasulullah SAW meriba kepala Tha’labah.
Tetapi Ta’labah mengetepikan kepalanya. Rasulullah bertanya, “kenapa wahai Tha’labah?”

“Wahai Rasulullah, kepala yang penuh dosa ini tidak layak untuk berada di ribamu,” kata Tha’labah.

“Apa yang kamu mahu Tha’labah?”

“Ya Rasulullah, aku mahukan keampunan Allah”

Cita-citanya hanya Syurga
 “Apa cita-cita kamu wahai Ta’labah?”
“Cita-cita aku hanya syurga Allah. Tolonglah doakan moga Allah mengampunkan dosa-dosaku.”

Lalu Rasulullah s.a.w berkata, “wahai Tha’labah aku menjamin kepadamu apa yang kamu mahu dan cita-citamu. Inilah bukti taubatmu.”

Tidak lama selepas itu, Tha’labah menghembuskan nafasnya yang terakhir di riba Rasulullah SAW.

Ketika mayat Tha’labah siap dikafan dan tiba masa untuk dikebumikan, Rasulullah SAW datang agak lewat ketika itu. Para sahabat membuka jalan kepada Rasulullah untuk rapat ke kubur Tha’labah. Tetapi Rasulullah berjalan merapati kubur Tha’labah dalam keadaan berjalan yang perlahan, dan seperti tersekat-sekat.

Sahabat-sahabat bertanya, “wahai Rasulullah, kami telah membuka jalan, mengapa Rasulullah berjalan dengan tidak selesa?”

Rasulullah menjawab, “kamu tidak dapat melihat betapa ramainya malaikat yang hadir menghantar Tha’labah ke kubur.”

Itulah kisah hidup seorang remaja hebat bernama Tha’labah. Betapa takutnya beliau dengan azab Allah SWT walaupun beliau tidak sengaja terpandang perempuan yang sedang mandi itu. Begitu malu bertemu Rasulullah, begitu mengharap keampunan Allah SWT, dan akhirnya menhembus nafas yang terakhir di ribaan insan mulia bernama Muhammad bin Abdullah, dan jasadnya diiringi malaikat ke kuburan.

Subhanallah!

SUMBER

Posted by

MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUK NABI YUSYA’ BIN NUN

Nabi Musa ‘alaihis salam memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. Dia adalah Yusya’ Bin Nun, dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberikan hikmah kenabian dan mukjizat yang nyata kepadanya. Setelah Nabi Musa ‘alaihis salam wafat, Nabi Yusya’ bin Nun ‘alaihis salam membawa Bani Israil ke luar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.


Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat. Nabi Yusya’ dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.

Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. Diiringi dengan suara terompet dan pekikan takbir, dan dengan satu semangat yang kuat, mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya. Di situ mereka mengambil harta rampasan dan membunuh dua belas ribu pria dan wanita. Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa. Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam. Hari itu hari Jum’at, peperangan belum juga usai, sementara matahari sudah hampir terbenam. Berarti hari Jum’at akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba.

Padahal, menurut syari’at pada saat itu, pada Sabtu dilarang melakukan peperangan. Oleh karena itu Nabi Yusya’ bin Nun berkata: “Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu!”. Maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala menahan matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil menaklukkan negeri ini dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, bahwa Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena seorang manusia kecuali untuk Yusya’. Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad).’” (HR: Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhari).

Akhirnya Nabi Yusya’ dan kaumnya berhasil memerangi dan menguasai kota tersebut. Setelah itu Nabi Yusya’ bin Nun memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan harta rampasan perang untuk dibakar. Namun api tidak mau membakarnya. Lalu Beliau meminta sumpah kepada kaumnya. Dan akhirnya diketahui ternyata ada dari kaumnya yang berkhianat dengan menyembunyikan emas sebesar kepala sapi.

Akhirnya orang-orang yang berkhianat mengembalikan apa yang mereka curi dari harta rampasan perang itu. Kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan perang lainnya. Barulah kemudian api mau membakarnya.

Demikian syariat yang dibawa oleh Nabi sebelum Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam. Yaitu tidak boleh mengambil harta rampasan perang. Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan Syariat Nya dengan memperbolehkan bagi Rasululloh Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam untuk mengambil rampasan perang agar dapat diambil manfaat yang banyak dari harta rampasan perang itu.

Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya’ yang memerintah mereka dengan Kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Taurat, sampai akhir hayatnya. Dia kembali ke hadirat Alloh Subhanahu wa Ta’ala saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun, dan masa hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa ‘alaihis salam adalah dua puluh tujuh tahun.

 
(Sumber Rujukan: Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod)

SUMBER

WANITA YANG MASUK NERAKA KERANA SEEKOR KUCING

Hati yang keras dan tabiat yang buruk bisa menjerumuskan pemiliknya ke dalam Neraka. Hal itu karena ia kosong dari kasih sayang yang membuatnya tidak peduli terhadap apa yang dia lakukan kepada orang lain, maka ia membunuh, memukul dan merusak.


Dengan itu, mereka mencelakakan diri mereka disebabkan oleh apa yang mereka lakukan kepada orang lain. Di antara mereka ada seorang wanita yang diceritakan oleh Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam. Dia mengurung seekor kucing sampai ia mati kelaparan dan kehausan. Karena perbuatan itu dia pun masuk Neraka.
NASH HADITS
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Seorang wanita masuk Neraka karena seekor kucing yang diikatnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak membiarkannya makan serangga bumi.”Dalam riwayat Bukhari, “Seorang wanita disiksa karena seekor kucing yang dia kurung sampai mati. Dia masuk Neraka karenanya. Dia tidak memberinya makan dan minum sewaktu. Mengurungnya. Dia tidak pula membiarkannya dia makan serangga bumi.”

Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam telah melihat wanita yang mengikat kucing ini berada di Neraka manakala beliau melihat Surga dan Neraka pada shalat gerhana. Dalam Shahih Bukhari dari Asma binti Abu Bakar bahwa Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Lalu Neraka mendekat kepadaku sehingga aku berkata, ‘Ya Rabbi, aku bersama mereka?’ Aku melihat seorang wanita. Aku menyangka wanita itu diserang oleh seekor kucing. Aku bertanya, ‘Bagaimana ceritanya?’ Mereka berkata, ‘Dia menahannya sampai mati kelaparan. Dia tidak memberinya makan dan tidak pula membiarkannya mencari makan.” Nafi’ berkata, “Menurutku dia berkata, ‘Mencari makan dari serangga bumi.”

Muslim meriwayatkan dari Jabir hadits Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam yang melihat seorang wanita yang mengikat kucing berada di Neraka. Di dalamnya terdapat keterangan bahwa wanita itu berasal dari Bani Israil. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa wanita itu berasal dari Himyar.

TAKHRIJ HADITS
Hadits tentang kucing dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Bad’il Khalqi, bab”Jika lalat jatuh ke dalam bejana salah seorang dari kalian” (VI/356), no. 3318. Dan dalam Kitab Ahaditsil Anbiya’, no. 3482. Dan dalam Kitabul Musaqah, bab keutamaan memberi minum, 5/41, no. 2365.
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar dalam Kitabus Salam, bab ”Diharamkannya membunuh kucing” (4/1760, no. 2242-2243).
Hadits tentang Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam melihat seorang wanita yang mengikat kucing diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dalam Kitabul Adzan dan Asma’ binti Abu Bakar (2/231, no. 745) dan Kitabul Musaqah Abdullah, keutamaan memberi minum air (5/41) no. 2364.
Adapun riwayat Muslim tentang Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam melihat wanita yang menyiksa kucing terdapat dalam Kitabul Kusuf, bab apa yang diperlihatkan kepada Rasululloh dalam shalat Kusuf, 2/622, no. 904.

PENJELASAN HADITS

Ini adalah kisah wanita Himyariyah Israiliyah yang mengurung seekor kucing, tetapi dia tidak memberinya makan dan minum hingga kucing itu mati karena kelaparan dan kehausan. Ini menunjukkan kerasnya tabiat wanita itu, betapa buruk akhlaknya, serta tiadanya belas kasih di hatinya. Dia sengaja menyakiti. Jika di hatinya terdapat belas kasih, niscaya dia melepaskan kucing itu. Dan sepertinya dia mengurungnya sepanjang siang dan malam. Ia merasakan haus dan lapar dengan suara yang memelas meminta bantuan dan pertolongan. Suara dengan ciri tersendiri yang dikenal oleh orang-orang yang mengenal suara. Akan tetapi, hati wanita ini telah membatu dan tidak terketuk oleh suara pilu kucing itu. Dia tidak menghiraukan harapan dan impiannya. Suara itu melemah, lalu seterusnya menghilang. Kucing itu mati. Ia mengadu kepada Tuhannya tentang kezhaliman manusia yang hatinya keras dan membatu.


Jika wanita ini ingin agar kucing ini tetap di rumahnya, dia mungkin saja memberinya makan dan minum yang bisa menjaga hidupnya. Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam telah menyampaikan kepada kita bahwa kita meraih pahala dengan berbuat baik kepada binatang. Jika dia enggan memberinya makan yang menjaganya dari hidup, maka dia harus melepasnya dan membiarkannya bebas di bumi Alloh yang luas. Ia pasti mendapatkan makanan yang bisa menjaga hidupnya. Lebih-lebih, Alloh telah menyediakan rizki bagi kucing tersebut dari sisa-sisa makanan orang, begitu pula serangga-serangga yang ditangkapnya.

Perbuatan ini telah mencelakakan wanita tersebut, sehingga dia masuk Neraka. Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam melihat kucing itu memburu wanita yang menahannya di Neraka. Bekas-bekas cakaran tergores di wajah dan tubuhnya. Beliau melihat itu manakala Surga dan Neraka diperlihatkan kepadanya pada saat shalat gerhana.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADITS
  1. Besarnya dosa orang-orang yang menyiksa binatang dan menyakitinya dengan memukul dan membunuh. Wanita ini masuk Neraka karena dia menjadi sebab kematian seekor kucing.
  2. Boleh menahan binatang seperti kucing, burung, dan sebagainya, jika diberi makan dan minum. Jika tidak mampu atau tidak mau, maka hendaknya melepaskannya dan membiarkannya pergi di bumi Alloh yang luas untuk mencari rizkinya sendiri.
  3. Di Akhirat, manusia diadzab sesuai dengan perbuatannya di dunia. Wanita ini diserang oleh seekor kucing di Neraka dengan mencakari tubuhnya.
(Sumber: Shohih al-Qoshosh karya DR. Umar Sulaiman Abdullah al-Asyqor [Dosen Fakultas Syari’ah Universitas Yordania])

KISAH MUKJIZAT NABI MUHAMMAD S.A.W.

 Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada para isterinya, “Di antara kamu akan ada seseorang yang menunggangi unta merah, dan di sekitarnya banyak anjing yang menggonggong dan banyak orang yang meninggal dunia, tetapi ia akan selamat, padahal ia sudah hampir terbunuh.”
Hal ini benar-benar terjadi. Yaitu kisah ‘Aisyah r.a. ketika timbul pertempuran dengan Ali r.a., yang dikenal dengan perang Jamal. Kejadian ini terjadi di suatu tempat bernama Hawwab. Dan unta yang dikendarai oleh ‘Aisyah r.a. pada saat itu berwarna merah. Juga, anjing-anjing di desa itu selalu menggonggong. Dan di Hawwab itulah dua pasukan bertempur. Banyak korban yang meninggal dunia. Hawwab adalah sebuah sumber air berupa kolam yang sangat besar.
Pada akhir malam, ketika menjalang fajar, Ali r.a. telah berjumpa dengan ‘Aisyah r.a Untuk membicarakan tentang perdamaian dan menghakhiri pertempuran tersebut. Akan tetapi orang-orang yang mengaku sebagai pembunuh Utsman r.a. telah mengacaukannya dan mereka meluncurkan panah-panah mereka terhadap pasukanAli r.a Kemudian mereka juga mengacaukan pasukan ‘Aisyah r.a. Mereka menyebarkan berita kepada pasukan ‘ Aisyah r.a bahwa Ali adalah penipu. Sedangkan kepada pasukan Ali r.a disebarkan berita bahwa ‘Aisyah r.a adalah orang yang tidak menetapi janji. Pengacau ini terkenal bernama Abdullah bin Saba.
 
Setelah ‘Aisyah r.a mengetahui tempat air tadi dan orang-orang memberitahukan kepadanya bahwa tempat itu adalah Hawwab, maka ‘Aisyah r.a teringat akan apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. Lalu ‘Aisyah r.a berniat untuk kembali, akan tetapi Marwan telah membakar semangatnya untuk berjihad sampai mati syahid. Dikatakan oleh Marwan bahwa sumber air itu bukan Hawwab. Kemudian orang-orang yang bernafsu untuk meneruskan pertempuran, mendapatkan kesempatan untuk menyerang ‘Aisyah r.a Mereka memotong tali unta yang berada di hitung untanya ‘Aisyah. r.a, sehingga menyebabkan ’Aisyah r.a jatuh ke tanah. Kemudian saudaranya yaitu Muhammad bin Abu Bakar r.a mengangkatnya dan membawanya pergi.
Dalam peperangan ini ‘Aisyah r.a bergabung bersama pasukan Tolhah dan Zubair r.a Sebenarnya hal ini merupakan salahfaham saja. Bahwa orang-orang yang telah membunuh Utsman r.a mau membalas dendam, yaitu dengan menimbulkan kekacauan dalam pertempuran. Dengan tujuan untuk menunaikan hajat dan keinginan peribadi mereka.
Yang jelas, bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. benar-benar terjadi.
  Bukhari, Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a berkata, “Suatu ketika Rasulullah saw. Bersabda kepada istri-istri beliau, “istriku yang akan pertama kali berjumpa denganku ialah yang paling panjang tangannya.”  Para istri Nabi saw. Memahami kata-kata  ‘Athulu Hunna Yadan’ dengan dzahirnya. Maka setelah wafatnya Rasulullah saw., mereka saling mengukur tangan-tangan di antara mereka. Siapakah yang akan meninggal pertama kali setelah Nabi saw. Padahal kata-kata beliau  saw. Bermaksud orag yang paling rajin bersedekah.
            Ternyata setelah Nabi saw. Wafat, isteri yang pertama kali wafat ialah Zainab r.a yang bergelar Ummul Massakin. Beliaulah di antara isteri-isteri Rasulullah yang paling rajin dalam bersedekah. Setelah kematian Zainab r.a., barulah para isteri Nabi saw memahami apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw., mengenai makna panjang tangan tersebut.
 
 

Pohon Kurma yang Menangis.

Pohon Kurma yang Menangis

Adanya pohon kurma yang menangis ini terjadi di zaman Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , 
 
Mengapa sampai pohon ini menangis? 
 
Kisahnya, Jabir bin Abdillah-radhiyallahu ‘anhu- bertutur, “Jabir bin Abdillah -radhiyallahu ‘anhu- berkata: 
 
“Adalah dahulu Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berdiri (berkhutbah) di atas sebatang kurma, maka tatkala diletakkan mimbar baginya, kami mendengar sebuah suara seperti suara unta dari pohon kurma tersebut hingga Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- turun kemudian beliau meletakkan tangannya di atas batang pohon kurma tersebut” .
 
[HR.Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (876)]

Ibnu Umar-radhiyallahu ‘anhu- berkata, 
 
“Dulu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah membuat mimbar, maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang korma itu pun merintih. 
 
Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam mendatanginya sambil mengeluskan tangannya pada batang korma itu (untuk menenangkannya)”. 
 
[HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (3390), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (505)]
 

KISAH NABI SALEH A.S DAN UNTA DARI BATU KARANG.

Nabi Salleh a.s sedar akan tentangan akan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu, adalah bertujuan untuk menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya. Bila ia gagal memenuhi tuntutan tersebut, Nabi Salleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dari mereka, bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta, bahawa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikut Nabi Salleh dan beriman kepadanya. 

Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud, berdoalah Nabi Salleh a.s memohon kepada Allah agar memberikan suatu mukjizat kebenearan risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih degil itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasasan-Nya menciptakan seekor unta betina, dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk. 

Maka sejurus kemudia, dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta, terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu keluar dari perutnya seekor unta betina. Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu karang. "Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkan giliran untuk mendapatkan air minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahawa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini." 

Syahdan, maka bekeliaranlah sang unta di ladang-ladang memakan rumput sesauka hatinya tanpa mendapat gangguan. Dan disaat giliran minumnya tiba, pergilah unta itu ke sebuah perigi dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Salleh a.s datang minum, tiada seekor binatang lain menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang-binatang itu yang makin hari makin merasa bahawa adanya unta Nabi Salleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan. Laksana duri yang melintang di dalam kerongkong. 

Dengan berhasilnya Nabi Salleh a.s mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut, gagallah pemuka kaum Tsamud dalam usahanya menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Salleh, bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternak yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Salleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya. 

"Barangsiapa segan mengikuti jejak sunnahku, maka tiadalah ia termasuk dalam golonganku." Hadith Riwayat Muslim
 
SUMBER -------- http://majalahceritateladan.blogspot.com/2013/07/kisah-nabi-salleh-as-dan-unta-dari-batu.html
 
© Kisah Teladan Di Zaman Nabi All Rights Reserved